Selasa, Agustus 26, 2008

Marhaban Ya Ramadan

Jika mulut makan nasi..
Jika Nafsu makan kesenangan duniawi...
Jika nurani makan ibadah dan amal kebajikan...

Ketika bulan ramadan datang...
Nurani bersuka cita....
Karena akan segera bersantap dengan banyak ibadah..

Kurangi jatah untuk mulut dan nafsumu...
Perbesar ibadah untuk santapan nuranimu...

Selamat menunaikan ibadah puasa..

Minggu, Juli 06, 2008

SURAT CINTA

Sebagai umat Islam, tentunya saya tidak percaya dengan teory Darwin yang mengatakan bahwa kita adalah keturunan monyet. Saya lebih yakin bahwa saya merupakan anak cucu nabi Adam. Bahkan anak saya yang masih berumur lima tahun suka sekali kalau menyimak kisah nabi Adam, dan selalu protes kalau diceritakan teory evolusinya “mbah” Darwin itu. Anak saya sangat nggak terima kalau disebut keturunan monyet.

Pak Ustad sering bercerita bahwa nabi Adam dan Siti Hawa terbujuk rayuan iblis, makan buah khuldi, sehingga Allah murka. Akhirnya mereka berdua dikeluarkan dari surga ke dunia ini. Namun, Allah memang maha pengampun lagi maha penyayang. Nabi Adam, Siti Hawa dan keturunannya kelak akan kembali ke surga, jika selama hidup didunia tidak lagi terbujuk rayuan iblis dan keturunannya yang menyesatkan.

Untuk itu, Allah berkali-kali mengirimkan petunjuk-Nya melalui para Rosul agar kita para manusia keturunan Adam tidak tersesat lagi saat pulang ke kampung halaman kita di surga. “Surat Cinta” dari Allah kepada kita sebagai umat Islam adalah Al-Qur’an yang dikirimkan melalui Nabi Muhammad SAW.

Sayang sekali, banyak diantara kita justru mengabaikan sama sekali “surat cinta” itu. Ada juga yang sangat bangga menerimanya dengan menyimpan Al-Qur’an di bagian lemari yang paling tinggi sehingga tidak pernah dibaca lagi. Ada juga yang berulang kali “membacanya” sampai khatam Al-Qur’an tujuh kali, namun tak pernah mengerti apa isinya karena belum ngerti bahasa arab. Ada juga yang berusaha memahami terjemahannya yang ternyata juga tak mudah dimengerti. Ada juga yang ngerti maksudnya tapi tidak mengikutinya.

Namun, tidak sedikit juga diantara kita yang tak putus asa terus belajar membaca “Surat Cinta” itu. Bukan sekedar melafalkan seperti mantranya mbah dukun, namun membaca, memahami, menghayati, dan ahirnya mengamalkan apa yang di kehendaki dan tidak dikehendaki “Kekasih” kita, yaitu Allah SWT.

Saya termasuk yang mana ya??????

Kamis, Juni 12, 2008

ALLAH ITU SATU, TAPI ADA DI MANA-MANA

Anak-anak sekarang memang lebih kritis. Saya sering dibuat gelagapan dengan pertanyaan dan pernyataan anak saya yang kadang tidak terduga.

Suatu hari ketika menonton acara ceramah subuh di salah satu stasiun televisi, pak Ustad menjelaskan bahwa Allah itu satu. Dengan spontan anak saya yang baru berusia lima tahun menyangkalnya dan bilang bahwa Allah itu banyak. Alasannya di tempat embah yang ada di Jawa ada Allah yang melihat embah sholat, di tempat neneknya di Jambi juga ada Allah yang mengawasi nenek, di Jakarta juga ada Allah yang memberikan rejeki pada papa dan mama. Katanya Allah khan deket sama semua orang, bahkan lebih deket dari urat leher setiap orang, berarti Allah banyak dong….???

Anak saya juga sering bertanya kenapa Ka’bah disebut rumah Allah, apakah berarti Allah ada di Mekah? Kenapa masjid juga disebut rumah Allah, apakah Allah jumlahnya banyak? Khan masjid ada di mana-mana? Kalau Allah maha besar nanti masjidnya tidak muat dong…????

Istilah-istilah seperti itu mungkin membuat anak saya yang masih kecil itu menjadi bingung. Saya sendiri bahkan tidak berpikir sejauh itu. Bagaimana menjelaskan konsep Allah itu satu pada anak sekecil itu?

Sebagai ilustrasi, saya mengambil sebuah baskom yang penuh berisi air. Kemudian saya masukkan sekitar sepuluh teh celup kedalam air di baskom tersebut. Tentu saja teh celup segera tenggelam dan airnya meresap ke dalam pori-pori teh tersebut. Kemudian saya tanyakan kepada anak saya, apakah air dalam baskom itu ada sepuluh? khan tiap teh celup dalam baskom itu ada airnya, bahkan meresap kedalam pori-pori teh tersebut? Apakah air dalam baskom itu jumlahnya sepuluh seperti jumlah teh yang ada dalam baskom itu? Tentu jawabannya adalah tidak karena airnya hanya satu baskom.

Jika diibaratkan, setiap mahluk di alam semesta ini termasuk embah, nenek, mama, papa, pak Presiden, pak Mentri, ka’bah, masjid, semut, ular, pohon, air, batu,matahari, bulan atau bintang, semuanya tenggelam dalam satu Zat dan kekuasaan Allah, sehingga Zat dan kekuasaan Allah meresap ke dalam pori-pori setiap mahluk-Nya tanpa terkecuali, sehingga Allah meliputi segala sesuatu di alam semesta ini.

Dengan demikian tidak aneh kalau dibilang bahwa Allah lebih dekat dari urat leher kita karena Allah meresap kedalam sel-sel dalam tubuh kita, tidak aneh kalau dibilang Allah maha besar karena Allah lebih besar dari alam semesta, tidak aneh kalau dibilang bahwa rumah Allah adalah Ka’bah dan masjid karena Allah memang ada dalam Ka’bah dan masjid, tidak aneh kalau dibilang bahwa tiada satu binatang melatapun dibumi ini yang tidak dalam pengawasan Allah karena Zat dan kekuasaan Allah meliputi segala sesuatu di alam semesta ini.

Tentu saja Allah tidak bisa disamakan dengan air dalam baskom, karena Zat Allah tidak menyerupai dengan ciptaan-Nya, sehingga kita tidak dapat membayangkan seperti apa wujud Allah. Namun ilustrasi sederhana ini mudah-mudahan dapat menjelaskan pada anak saya yang masih kecil bahwa Allah itu satu, Allah itu maha besar, Allah itu ada di mana-mana, agar anak saya bisa merasakan kehadiran Allah dalam segala situasi.

Rabu, Juni 11, 2008

UANG KORUPSI DAN DAGING BABI

Budi dan Sholeh adalah seorang pegawai rendahan baru dari suatu instansi pemerintah yang orang bilang “basah”. Setiap jum’at sore pegawai dari instansi itu, termasuk Budi dan Sholeh, mendapat cipratan “rejeki” dari atasannya yang sering mereka sebut sebagai “rejeki Jum’at ceria”.

Atasannya bilang ”ini adalah uang terima kasih dari rekanan, kita nggak minta kok, jadi halal…gak apa-apa..” (ha…..!!!emangnya kalau ente gak jadi pejabat siapa yang mau kasih???????????????). Budi dan Sholeh yang waktu kuliah di ajari mata kuliah anti korupsi, sebenarnya tahu bahwa uang seperti itu adalah uang ilegal alias haram. Namun daripada dibilang sebagai “orang aneh” oleh kawan-kawannya yang lain, merekapun menerima juga. Di kantor tersebut rupanya sudah mengikuti falsafah “ini jaman edan, kalau tidak ikut edan malah dianggap edan…. “

Sepulang dari kantor Budi dan Sholeh jalan sore-sore keliling kota sekalian cari makanan. Tibalah mereka disebelah warung tenda bertuliskan : Sedia Cap Cay, Sate, Mie Rebus dan Mie Goreng.

Budi pun tertarik dan mengajak Sholeh untuk makan di warung tenda tersebut “Kita makan disini aja yuk...”

Sholeh pun menyahut “jangan, disini masaknya pakai minyak dan daging babi, haram bagi seorang muslim”

si Budi balik bertanya “Uang korupsi aja kita makan, kenapa takut makan daging babi?”

Pokoknya aku gak mau makan di sini” jawab si Sholeh sambil nyelonong pergi...

Seandainya saja.........Si Sholeh (dan semua orang) takut menerima uang korupsi seperti takut kalau makan daging babi.......



Selasa, Juni 10, 2008

IBADAH ITU NIKMAT LHO......

Pak Ustad sering bilang bahwa orang beriman akan senang dan bergembira menyambut datangnya bulan puasa. Dulu saya bingung, tidak bisa memahami dan merasakan apa yang dikatakan pak Ustad tersebut. Jika datang bulan puasa, saya justru merasa terbebani karena saya harus merasakan lapar, dahaga atau gak boleh melirik wanita cantik dan menghayal jorok…….

Dulu saya juga bingung kalau Pak Ustad bilang bahwa bersedekah itu nikmat. Menurut saya kalau kita bersedekah maka harta kita akan “berkurang”. Dulu saya bingung kalau pak Ustad bilang sholat adalah kebutuhan kita, karena saya menganggap sholat adalah kewajiban yang membebani saya.

Namun sekarang saya sudah bisa sedikit memahami dan merasakan apa yang dikatakan pak ustad bahwa beribadah itu nikmat. Uraian dibawah ini adalah hasil perenungan saya, yang telah membantu saya memahami apa kata pak Ustad tersebut.

Saya mengidentifikasi dan memetakan bahwa manusia minimal terdiri dari empat unsur :

1. Jasmani

Adalah tubuh, tangan, kaki, muka, mulut, perut dan bagian fisik kita lainnya. Jasmani kita perlu makanan berupa nasi, roti, mi atau ubi. Jika jasmani cukup makan kita akan sehat dan kuat untuk beraktivitas.

2. Akal Pikiran

Ada dalam kepala manusia. Akal pikiran mampu mengingat, menganalisa, menyimpulkan atau menghitung. Akal pikiran kita perlu diberi makan dengan ilmu pengetahuan. Jika akal pikiran cukup makan kita akan jadi pintar dan banyak tahu.

3. Nurani

Disebut juga hati kecil atau mata hati yang berada dalam dada manusia. Hati nurani cenderung mengajak pada kebaikan dan mengikuti jalan Allah agar manusia tidak tersesat. Hati nurani selalu rindu untuk bertemu dengan Allah.

Hati nurani perlu diberi makan dengan amal ibadah dan kebaikan. Peduli pada sesama, menyantuni fakir miskin, zakat, infaq, sedekah, sholat, puasa, zikir pada Allah adalah santapan yang bergizi tinggi bagi nurani kita. Jika Hati Nurani cukup makan, maka kita akan merasakan ketenangan yang luar biasa.

4. Hawa Nafsu

Hawa nafsu cenderung cinta pada hal-hal yang berbau duniawi misalnya harta, tahta, atau wanita. Makanannya adalah kesenangan, kemewahan, maksiat dan hura-hura. Inilah yang membuat kita ingin punya banyak uang, rumah mewah, mobil mewah, wanita cantik, pergi ke diskotik, dan hal-hal duniawi lainnya.

Jika jasmani, akal pikiran dan hati nurani harus diberi makan dengan baik agar dapat berkembang dengan baik, sebaliknya hawa nafsu harus diet alias jangan dimanjakan. Bukan tidak boleh sama sekali karena kita bukan malaikat, tapi hawa nafsu harus dikendalikan.

Hawa nafsu bersaing dengan hati nurani dalam dada manusia. Hawa nafsu merupakan hijab atau penghalang hati nurani untuk bertemu / mengingat Allah.

Berpuasa berarti mengurangi jatah makan jasmani dan hawa nafsu kita, namun disisi lain nurani kita sedang berpesta.

Bersedekah berarti mengurangi makanan bagi hawa nafsu kita yang senang menguasai harta, namun nurani kita yang sedang bersantap lezat.

Dengan menganalogikan bahwa ibadah adalah makanan yang lezat bagi hati nurani kita, maka ibadah akan terasa nikmat........!!!

Ayo beri makan hati nurani kita dengan ibadah berupa peduli pada sesama, menyantuni fakir miskin, zakat, infaq, sedekah, sholat, puasa, zikir pada Allah dan amal kebajikan lainnya agar hati nurani kita tumbuh subur dan tidak kerdil.

Sebaliknya hawa nafsu harus diet alias jangan dimanjakan, agar jangan menghalangi hati nurani menyuarakan jalan Allah.

(Eko Setiyono)